Jumat, 19 Desember 2008

Pesta Rakyatkah.... ?

* Sebuah renungan buat kita semua


Calon legislatif telah mulai memainkan jurus tebar pesona. Banyak gaya dan sok jual diri, bukan aturan larangan. Yang banyak uang, foto disebar setiap penjuru, yang malu-malu tetap menunggu, yang tak punya uang mulai belagu. Weleh..weleh...weleh....

Keindahan kota mulai 'tercemar' oleh spanduk, baliho, poster. Dari muka tersenyum simpul hingga ngakak lebar, terpajang. Orang yang lihat terkadang malu hati, karena mata dalam gambar terus mengikuti, mengajak agar yang lihat terpikat. Disukai atau tidak, inilah realita pesta demokrasi, pesta milik rakyat. Tapi, rakyat mana yang menikmati, hingga kini terus menjadi pertanyaan banyak warga.

Saya pun tertarik dengan kalimat pesta rakyat ini. Dalam pikiran sempit saya (sorry, saya khan juga rakyat, bro), kalimat pesta rakyat tak perlu disebar-luaskan, karena pesta bukan milik semua rakyat melainkan hanya terfokus pesta milik calon legislatif saja. Yang namanya rakyat kebanyakan tetap melihat, mendengar dan menunaikan tahapan pemilu saja. Apakah ini yang namanya pesta rakyat, .... ?

Mengapa saya katakan hanya baru sebatas milik calon legislatif, pasalnya jika dikaitkan dengan pemajangan spandul, baliho dan umbul-umbul, rakyat belum dapat apa-apa dari pesta yang dimainkan. Rakyat baru sebatas melihat dan mendengar, ya khan...?

Calon legislatif pesan ke usaha percetakan, keluar duit, ambil pesanan, minta orang suruhan pasang, dan terpajang-lah yang dipesan tadi. Keputusan saya, ini bukan pesta tapi hanya sebatas pamer wajah agar dilihat warga. Dalam bahasa krennya, tebar pesona.

Harapan saya pada calon legislatif, tak perlu memperbanyak baliho, spanduk dan umbul-umbul. Uang yang dikeluarkan buat pembuatannya sangat besar. Yakin-lah, bukan foto baliho, spanduk atau umbul-umbul yang akan memenangkan tapi usaha dan jerih payah calon selama ini di tengah masyarakat.

Sudah banyak berbuatkah ? Sudah berjuangkah untuk kepentingan masyarakat ? Modal inilah yang akan membantu calon legislatif meraih kursi DPRD. Upaya ini juga harus menjadi renungan seluruh anggota legislatif, so tentunya yang kembali mencalonkan diri.

Jika selama ini hanya sebatas pengangguran banyak acara saja dan anggota dewan yang hanya sebatas datang, duduk dan dengar saja, saya berharap, jangan-lah banyak keluarkan duit. Simpan, dan jika mau dikeluarkan juga, mohon sedekahkan-lah pada rakyat miskin .... (***)


Tidak ada komentar: