Minggu, 03 Agustus 2008

Di Mana Pun Berada, Kau Selalu Dibutuhkan

Dalam seminar bisnis di Kota Tanjungpinang, beberapa waktu lalu, kebetulan saya salah satu peserta, ada pesan yang tak terlupakan, yakni 'Catat nomor teleponnya, berikan nomor anda, yakinlah komunikasi akan terus berlanjut'. Pesan ini bukan pepesan kosong, pasalnya penyelenggara menghadirkan pembicara Market Leader dan penulis buku Marketing terkenal.

Dengan penuh semangat, energik dan antusias, pembicara membahas bagaimana motivasi pengembangan usaha diselingi pemberian trik menarik agar bergabung dalam group bisnis menggunakan sistim Multy Level Marketing.

Saya terus mendengar. Dalam pikiran (maaf), bukan bisnisnya yang menjadi menarik tapi pesan yang disampaikan memicu adrenalin untuk menilai betapa pentingnya arus komunikasi. Disaat pembicara memberikan tips-tips pengembangan usaha, di sisi lain pikiran saya langsung tertuju ada pihak secara langsung mengecap keuntungan dari pertemuan bisnis ini. Secara tak langsung, ia memanfaatkan momen yang sudah diciptakan dan dibangun menjadi momen menghasilkan profit.

Disadari atau tidak, penyelenggara kegiatan harus memanfaatkan jasanya. Siapa pihak tersebut? Jawabnya produk hulu dan hilirnya perangkat telekomunikasi, salah satu adalah Telkomsel. Mengapa prioritasnya Telkomsel, harus saya akui pula, pengguna produk Telkomsel di lingkungan Provinsi Kepri tercatat paling besar. Sangat beralasan jika Telkomsel membuat moto operator pertama dan terbesar dengan jaringan luas di seantero Indonesia.

’’Luar biasa,’’ teriak saya. Kontan teman di samping kaget mendengar gumaman saya. ’’Bapak tertarik bisnis ini ya,’’ ujarnya. Saya pun tersenyum, mendengar teman sebelah tempat duduk saya menyapa. Saya kembali bergumam, jika-lah pertemuan ini tak ada provider telekomunikasi, contohnya layanan Telkomsel dengan aneka jenis produknya, tentu acara seminar tak berjalan sempurna. Saya bisa pastikan, pasalnya sebagian besar Handphone peserta menggunakan produk layanan Telkomsel. Kenyataan terlihat dari buku absensi kehadiran, yang kala itu mencantumkan nomor ponsel yang bersangkutan.

Mulai dari mengundang, memberitahu jadwal pertemuan, menggunakan Short Massage Serviceses (SMS), lalu Multimedia Message servicess (MMS), lantas silaet pembicara yang dibuat dalam Power Point, Handphone Comminicator miliknya bisa menanyangkan amat jelas dengan layanan Calling Line Identification Restriction. Sekitar 500 undangan yang hadir, sekitar 70 persen menggunakan layanan produk Telkomsel, seperti Hallo, Simpati, Kartu As, dan sebagainya.

Pikiran sempit saya kala itu, selain menghitung keuntungan yang diterima oleh Telkomsel dalam satu kegiatan, saya melihat Telkomsel telah menjadi media kunci untuk mencapai sukses. Luar biasa.

Kondisi Provinsi kepulauan Riau yang meliputi sekitar 4529 pulau bisa menjadi satu oleh Telkomsel. Dunia tanpa batas betul-betul dibuktikan dengan kejelasan suara, akses yang cepat dan tarif murah. Hingga bisa dikatakan kebutuhan pokok saat ini bukan beras tapi pulsa telepon.

Beberapa minggu kemudian, perhatian saya pun kembali tertegun. Saat pencairan Biaya Langsung Tunai BLT sebesar Rp300 ribu perkepala keluarga, ternyata sebagian besar penerima BLT memiliki Handphone. Diterima atau tidak, kategori masyarakat miskin di Provinsi Kepri tak bisa lagi dilihat apakah menggunakan ponsel atau tidak. Yang pasti, banyak masyarakat miskin, punya ponsel. Perhatian pun tertuju tingginya minat warga miskin di Kepri menggunakan provider Telkomsel.

Ibu Anis, salah seorang warga miskin Tanjungpinang penerima BLT, mengatakan pulsa Telkomsel murah. Jika ngomong katanya sedikit makan pulsa. Bukan promosi tapi kenyataan yang terucap dari mulut warga ini.

Pujian juga terucap dari A Sui, pedagang sembako di Jalan Pramuka Tanjungpinang. Bayangkan, ujar pedagang ini seperti tak mau berhenti memuji Telkomsel, bila pake Simpati bisa ngomong panjang lebar sama toke, harga, barang masuk, order bisa saya antar.

Setiap hari, katanya ia harus membagikan setengah kuintal ikan pada pedagang kecil dan rumah makan, Saya Isi pulsa seratus ribu, bisa datangkan uang Rp300.000/hari, sambil dagang bisa cakap sama anak istri saya di Lingga, kabupaten yang berjarak 1600 km dari tj,pinang dibatasi laut, kalau naik speed kurang lebih 4 jam perjalan dengan ongkosnya sekitar Rp375 Ribu one way. ’’Apa tak untung, isi pulsa seratus, kejap-kejap bisa telepon sana sini, rindu lepas untung pun dapat,’’kata A Sui.

Di balik banyaknya pujian, ada juga rasa pesimistis pengagum produk Telkomsel. Salah satu, terlontar dari Penasehat Gapensi Provinsi Kepri, H Majid Asis. Terus terang katanya, belasan tahun ia tak pernah ke lain hati, tetap menggunakan layanan Telkomsel, dimana pun berada.

Rasa pesimistis yang ia ungkapkan, tatkala tengah berada di Desa Penaah Kabupaten Lingga. Dalam kesempatan kunjungan katanya ia kesulitan memanfaatkan jasa layanan Telkomsel, karena signal kecil, bahkan sering hilang.

Dari pengakuan warga Penaah padanya, kerinduan agar layanan Telkomsel lancar, ada mengalir. Harapan warga bukan satu, dua atau tiga orang saja, akan tetapi sangat banyak warga Penaah yang mendambakan.

’’Momen 13 tahun Telkomsel, kita harap Desa Penaah dapat menikmati layanana Telkomsel. Moto Dunia tanpa batas Telkomsel akan lebih sempurna bila daerah yang belum tersentuh dapat menikmati layanan,’’katanya.

Meski demikian, Majid Asis memastikan, keadaan ini hanya terjadi pada satu atau dua daerah saja di wilayah Provinsi Kepri. Dibanding produk layanan komunikasi selurer lainnya, jangkauan Telkomsel jauh lebih luas.

Penulis pun tak mau langsung percaya. Dalam suatu kesempatan berkunjung ke Desa Penaah Kabupaten Lingga bersama rombongan Gubernur Provinsi Kepri, menghadiri pembukaan Lomba Pancing Internasional, belum lama ini, ternyata rasa pesimistis Majid Asis terbukti.

Signal Handphone Merek Nokia seri 6300, milik penulis, ternyata kosong. Padahal, sekitar 1 jam sebelumnya, signal penuh. Pembuktian ini ternyata bukan isapan jempol belaka. Telkomsel belum mengembangkan sayap di daerah tersebut.

Kondisi ini, kemudian menimbulkan rasa penasaran penulis apakah ada rencana pengembangan jaringan Telkomsel ke daerah jauh dari pusat ibukota, seperti Desa Penaah Kabupaten Lingga ini. Jika mengacu moto operator pertama dan terbesar dengan jaringan luas, jelas jawabannya belum sempurna.

General Manager Grapari Telkomsel Tanjungpinang, Filin Yulia, dalam suatu kesempatan perbincangan singkat belum lama ini mengatakan diakui beberapa wilayah di Kepri belum tersentuh layanan Telkomsel. Secara berangsur, ada upaya memenuhi harapan masyarakat ke arah tersebut. Hingga kini jumlah pelanggan mencapai 44,8 juta. Tak berlebihan jika Telkomsel sedikit mengistimewakan pelanggannya. Untuk melengkapi kecanggihan konvergensi IT dan network, Telkomsel mengimplementasikan Convergent Online Charging (COC) dimana sistem ini mempunyai kemampuan meningkatkan fleksibilitas, efisiensi dan penyederhanaan proses dalam menghadirkan ragam inovasi produk dan layanan konvergen prabayar dan pasca bayar.

Seiring dengan penggelaran jaringan terluas, teknology ter-update dan ragam produk yang inovatif, Telkomsel juga berkomitmen untuk hadir lebih dekat dan lebih nyata dengan menghadirkan lebih dari 10.500 titik layanan Telkomsel, baik dikelola sendiri, grapari, gerai, kiosHalo dan outlet dealer. (***)

Meski belum memuaskan, aku kirim buat lomba menulis telkomsel... aku pikir, tak ada salah aku pajang juga di blog-ku.....

Tidak ada komentar: