
Beberapa bulan terakhir, beberapa wajah calon legislatif terpampang jelas di ruas jalan utama, pemukiman warga, lorong dan bahkan di
lokasi rumah toko. Wajah ini terus menghiasi tanpa mengenal siang, malam, panas, hujan dan dingin. Terkait gambaran ini, aku pernah
mendengar gurauan beberapa teman. Bunyinya,''Jika nanti terpilih jadi anggota dewan, akankah yang bersangkutan akan punya
semangat seperti poster yang ia pajang saat ini? Tak mengenal lelah, panas, hujan, dingin, siang dan malam.
Sekilas, gurauan temanku yang bernama lengkap Sugiat dan sehari-hari akrab disapa 'Pak Cik Bagas' ini tak punya keistimewaan.
Tapi, saat berada di tempat pembaringan kasur empukku, ucapan Pak Cik Bagas terus menerus membayangi di kedua telingaku.
Terkadang, aku sempat tertawa kecil, mengingat ucapan Pak Cik Bagas menyebut akankah yang bersangkutan akan punya semangat
seperti poster yang ia pajang.
Setahu aku, dan ini terjadi di lapangan, belum ada anggota dewan yang terpilih selama ini punya semangat seperti poster yang ia
pajang. Yang ada hanya paripurna, reses, terima aspirasi, turun ke tengah msyarakat untuk melakukan tebar pesona, kunjungan kerja
ke luar negeri dan luar kota, naik mobil dinas dan makai kemeja harga mahal.
Saat jam dinas abis, ia pun pulang ke rumah, tuk istirahat sebentar. Jika ada janji dengan kolega, teman dan sebagainya, ia kembali
keluar rumah. Gambaran inilah yang banyak terjadi.
Jika mengacu poster yang ia pajang tanpa mengenal lelah dan capek, saya berani taruhan 'cepek' (maaf, hanya jumlah segitu yang
berani kupertaruhkan), tak ada seorang pun anggota dewan terpilih saat ini berani melakukan. Kita contohkan saja, sangat jarang rapat
istimewa dan paripurna dilaksanakan malam hari. Ya, khan?
Beberapa hari kemudian, salah seorang tetanggaku bernama Armen, juga sempat ngobrol denganku tentang keberadaan beberapa
poster calon legislatif yang terpajang. Awal perbincangan, hanya empat kata yang ia lontarkan. ''Apalah, arti sebuah poster,''tuturnya
padaku.
''Lho, kog gitu, boz? Mereka majang poster agar kita ingat ama wajahnya. Maklum, caleg banyak sekali,''kataku pada teman yang
punya tiga toko emas ini.
Jawaban ringanku ternyata mendapat respon. Ia pun mengajak aku duduk di kursi teras rumahnya. Sejurus, ia memanggil seorang
wanita paro baya dan berujar ''Mbok, buatin kopi hangat dua, ya. Ooya, sekalian ama roti goreng yang tadi,''ujar Armen pada wanita
punya sebutan 'Mbok' ini.
Sejurus kemudian, ia pun mulai membahas obrolannya tentang 'apalah arti sebuah poster'. Ia memberi pemahaman, pemajangan
poster calon legislatif tak ubah promosi diri. Jika terpilih, poster tinggal poster aja. Yang bersangkutan katanya harus ikut dalam sistim
yang ada di lingkungan kantor dewan.
Dalam hati, aku tak ngerti maksud kalimat yang ia sampaikan. Tapi, saat keingintahuanku akan disampaikan, tiba-tiba sebuah mobil
Avanza warna hitam singgah tepat di depan rumah temanku ini. Dari dalam mobil, seorang pemuda jangkung pake kacamata keluar
seraya berujar, Pak Ar, Bapak dipanggil ibu ada urusan sangat penting. Ia sekarang nunggu di kantor BCA Jalan Temiang. Ayo,
Pak,''kata pria yang belakangan kuketahui bernama Ahmad dan sehari-hari bekerja sebagai supir pribadi isteri temanku ini. Ya,
terputus obrolan tentang poster calon legislatifnya. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar